Selasa, 11 September 2012

Eksperimen Biologi


Perbandingan Pertumbuhan Bakteri Acetobacter xylinum selama  Fermentasi  pada Ekstrak Nanas dan Pisang dengan Metode Spektrofotometri

TEGAR YUDHA RESTUTI, YOHANA NATALIA PADMASARI, YULI DASMIYATI

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Abstrak
Kandungan yang ada dalam nanas dan pisang ternyata mampu menjadikan nanas dan pisang sebagai media untuk biakan bakteri, terutama bakteri Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum sudah lama digunakan dalam fermentasi sebagai proses pembuatan nata de coco dari air kelapa, namun sekarang ini banyak dibuat nata de coco dari pisang dan nanas juga. Pada penelitian ini akan dibandingkan apakah ada perbedaan pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada ekstrak nanas dan pisang selama fermentasi secara tidak langsung, dimana kita lihat struktur dari nanas dan pisang itu berbeda. Dengan cara ekstrak nanas dan pisang sebanyak 300 ml masing-masing dimasukkan kedalam elenmeyer, ditutup rapat dan disimpan dalam ruang steril. Dengan metode spektrofotometri, setiap 2 hari sekali selama 10 hari masing-masing ekstrak nanas dan pisang sebanyak 5ml dimasukkan kedalam kuvet kaca dan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm dan 660 nm. Angka yang diperoleh dari setiap pengukuran dimasukkan dalam rumus absorbansi. Setelah data penelitian diolah dengan statistik didapatkan hasil bahwa ternyata tidak ada perbedaan yang significant terhadap pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum selama fermentasi pada ekstrak nanas dan pisang.

Kata kunci : Acetobacter xylinum, Nanas (Ananas comosus), Pisang (Musa paradisiaca), Spektrofotometri



I.          PENDAHULUAN
Nanas dan Pisang merupakan dua jenis buah-buahan yang sudah tidak asing lagi dan sanat mudah dijumpai diberbagai daerah. Selain karena harganya yang terjangkau dan mudah ditemukan, rasanya enak, kandungan didalamnya kedua buah tersebut banyak berguna bagi tubuh dan tentu bisa di ekstrak untuk dijadikan media dalam menumbuhkan mikroba. Yang dalam hal ini adalah bakteri, bakteri yang akan diamati pertumbuhannya adalah bakteri Acetobacter xylinum.
Acetobacter xylinum bersifat Gram negatif, tidak membentuk endospora, hidup bersifat aerob obligat, tidak melakukan fermentasi alkohol, berbentuk bulat lonjong sampai batang pendek (Hot et al, 1974; Moat, 1986 dan Forng et al, 1989), tumbuuh pada pH 3 sampai 4,5 dan suhu 25-30°C, dapat mengoksidasi etanol dan menghasilkan asam asetat. Secara fisik bekteri Acetobacter xylinum mampu mengoksidasi glukosa menjadi polimer yang panjang yang disebut selulosa. Selulosa ini berupa serat-serat putih yang terbentuk secara bertahap dari lapisan tipis pada awal fermentasi hingga mencapai ketebalan 12 mm pada akhir fermentasi. Kemudian disebut sebagai nata yang termasuk metabolit sekunder selain itu dapat menghasilkan asam asetat, air dan energi sebagai metabolit primer.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya bakteri Acetobacter xylinum adalah dengan mengamati adanya lapisan nata pada suatu substrat yang terdiri dari selulosa mengapung pada permukaan larutan. Bakteri Acetobacter xylinum memiliki kemampuan untuk memproduksi biofilm selulosa (nata). Terbentuknya biofilm ini merupakan hasil metabolisme Acetobacter xylinum yang prosesnya dikendalikan oleh plasmidnya (Rezaee et al, 2005).  Nata merupakan selulosa berbentuk padat berwarna transparan, bertekstur kenyal dengan kandungan air 98%, umumnya dikonsumsi sebagai makanan ringan. Biomassa nata berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada proses fermentasi pada media  yang mengandung gula dan asam.
Selulosa  bakteri  adalah  selulosa  yang diproduksi  oleh  mikroba  terutama  bakteri  dari galur  Acetobacter. Selulosa bakteri  memiliki karakteristik yang lebih menguntungkan dibanding selulosa dari  tanaman. Karakteristik tersebut  antara  lain  kemurniannya  tinggi, dapat terurai,  seratnya  halus  (berdiameter  0.1  µm atau 300  kaIi  lebih  kecil  dibanding  serat  kayu), kekuatan  tarik  mekaniknya  bagus,  kapasitas pengikatan  airnya  yang  tinggi  dan  derajat kristalinitasnya  yang  tinggi  (Ross  et  al., 1991).
Oleh  karena  kelebihannya,  selulosa  bakteri digunakan  sebagai  bahan  baku  industri  (Johnson et  al.,  1990;  Yamanaka  et  al.,  1989;  Tahara  et at., 2000).
Dalam percobaan ini kami menggunakan media nanas dan pisang, karena nanas dan pisang mengandung gula dan asam, sehingga dapat digunakan sebagai media biakan murni bajteri Acetobacter xylinum. Dalam ini kami akan membandingkan pertumbuhan dari bakteri Acetobacter xylinum pada ekstrak nanas dan ekstrak pisang selama proses fermentasi. Karena struktur dan kandungan nutrisi dari nanas dan pisang berbeda, dimana struktur nanas agak kasar dan berserat sedangkan struktur pisang halus lembut maka dimungkinkan adanya perbedaan pertumbuhan bakteri pada media nanas dan pisang.
Pengukuran pertumbuhan bakteri ini akan dilakukan secara tidak langsung, dengan mengukur turbiditas cairan medium.    Turbiditas dapat diukur menggunakan alat photometer (penerusan cahaya), semakin pekat atau semakin banyak populasi mikroba maka cahaya yang diteruskan semakin sedikit. Dengan metode spektrofotometri yang menggunaknakan alat spektrofotometer (optical density/OD). Unit photometer atau OD ini prposional dengan massa sel dan juga jumlah sel, sehingga cara ini dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah atau massa suatu sel secara tidak langsung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum selama proses fermentasi pada ekstrak nanas dan pisang. Dimana Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba (Sofa, 2008).

II.       BAHAN DAN METODE

2.1. Bahan dan Alat
Ekstrak Nanas, Ekstrak Pisang, Aquades, dan Alkohol 96%.
Alat yang digunakan terdiri dari labu elenmeyer 500 ml dan 1000 ml, gelas bekker 500 ml, gelas ukur 500 ml, tabung reaksi + rak, corong kaca, pengaduk panjang, pH-meter, pipet tetes, Blender, saringan, pisau, autoklaf, Laminar air flow beserta perlengkapannya (bunsen, jarum ose,dll), dan spektrofotometer.


2.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi, Kampus III Paingan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2.3. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap sterilisasi alat, tahap pembuatan ekstrak, dan tahap spektrofotometri.
Karena objek penelitian berupa bakteri, maka setiap alat dan pekerjaan harus dilakukan dalam keadaan steril agar tidak terkontaminasi.
Sterilisasi alat. Gelas ukur, Gelas beker dan Labu Elenmeyer di sterilkan dengan udara panas kering (dry heat) menggunakan alat autoklaf. Sedangkan untuk alat-alat seperti saringan, pengaduk, pipet, pisau, blender, corong kaca, tabung reaksi, kuvet kaca pada spektrofotometer, dll. Disterilkan menggunakan alkohol 96%.
Pembuatan ekstrak. Untuk ekstrak nanas dan pisang cara pembuatannya sama. Bahan (nanas dan pisang) dikupas bersih, dicuci bersih, kemudian dihaluskan. Dicampur dengan Aquades dan disaring, ekstrak/air yang didapat dimasukkan kedalam elenmeyer dan ditutup rapat untuk di fermentasikan. Simpan di Laminar air flow agar tidak terkontaminasi.
Pertumbuhan sel bakteri Acetobacter xylinum termasuk pertumbuhan secara teratur, semua komponen di dalam sel hidup. Acetobacter xylinum mengalami 7 fase pembelahan sel. Untuk mengamati pertumbuhan sel bakteri tersebut digunakan metode Spektrofotometri atau Analisis Optical density/OD.
Analisis  OD  (densitasi optik). Densitasi  optik media  kultivasi  diukur menggunakan  spektrofotometer  pada  panjang gelombang 600 dan 660 nm  (Masaoka et aI.,  1993).
Pengambilan sampel  dilakukan  selama  10  hari.  Hari  pertama sampel  diambil  untuk mengamati fase adaptasi bakteri.  Hari ke-2 sampel diambil untuk mengamati fase pertumbuhan awal. Untuk hari ke-3 sampai hari ke-10 sampel diambil setiap
2 hari sekali untuk mengamati fase-fase pertumbuhan bakteri yang lain.



III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan parameter pertumbuhan bakteri menggunakan ekstrak nanas dan pisang sebagai media biakan bakteri Acetobacter xylinum. Media tersebut digunakan untuk pertumbuhan sel dan produksi selulosa bakteri. Panjang gelombang yang digunakan untuk pengukuran kecepatan pertumbuhan bakteri optimum adalah 600 nm dan 660 nm (Masaoka et aI.,  1993).
Pertumbuhan sel dicirikan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan massa atau jumlah sel. Pengamatan terhadap pertumbuhan sel pada tahap ini terdiri dari pengamatan kerapatan optik (optical density) pada cairan media kultivasi. Hasil pengamatan kerapatan optik cairan pada media kultivasi (optical density) dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 1 dan Gambar 2.


Tabel 1. Hasil Pengukuran Spektrofotometri pada Ekstrak Nanas dan Pisang
No
Hari / tanggal
λ
Sampel
Hasil / pH
1.
Senin, 26 Maret 2012
600 nm
Eks. Nanas
1,55 / 4
Eks. Pisang
1,93 / 5
660 nm
Eks. Nanas
1,55 / 4
Eks. Pisang
1,87 / 5
2.
Selasa, 27 Maret 2012
600 nm
Eks. Nanas
3,05 / 4
Eks. Pisang
3,30 / 5
660 nm
Eks. Nanas
2,58 / 4
Eks. Pisang
3,05 / 5
3.
Selasa, 27 Maret 2012
600 nm
Eks. Nanas
3,69 / 4
Eks. Pisang
3,69 / 5
660 nm
Eks. Nanas
3,69 / 4
Eks. Pisang
3,42 / 5
4.
Rabu, 28 Maret 2012
600 nm
Eks. Nanas
2,70 / 3
Eks. Pisang
1,56 / 4
660 nm
Eks. Nanas
2,36 / 3
Eks. Pisang
1,30 / 4
5.
Jum’at, 30 Maret 2012
600 nm
Eks. Nanas
1,21 / 3
Eks. Pisang
1,94 / 4
660 nm
Eks. Nanas
1,05 / 3
Eks. Pisang
1,56 / 4
6.
Senin, 2 April 2012
600 nm
Eks. Nanas
1,05 / 3
Eks. Pisang
1,21 / 3
660 nm
Eks. Nanas
0,90 / 3
Eks. Pisang
1,97 / 3


Gb 1. Kurva Kerapatan Optik (OD) cairan Media Kultivasi pada λ 600 nm



Gb 2. Grafik pengamatan pertumbuhan sel bakteri Acetobacter xylinum pada ekstrak nanas dengan λ 660 nm
 


Kurva kerapatan optik (OD) pada Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan fase adaptasi terjadi dari hari ke-0 sampai hari ke-1. Hal ini terlihat dari kekeruhan cairan       kultivasi yang stabil. Pada hari ke-2 masuk fase pertumbuhan awal dimana pada fase ini terjadi sintesis enzim oleh sel yang diperlukan untuk metabolisme (Suryani dan Mangunwidjaja, 2000).
Setelah fase adaptasi dan pertumbuhan awal, pertumbuhan sel bakteri Acetobacter xylinum memasuki fase eksponensial pada pengamatan hari ke-3. Hal ini terlihat dari peningkatan kekeruhan cairan kultivasi yang tinggi. Pada fase eksponensial ini bakteri mengeluarkan enzim ekstraseluler polimerase sebanyak-banyaknya, untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa.
Pada hari ke-4 kekeruhan cairan berkurang, ini menandakan bahwa pertumbuhan sel telah memasuki fase stasioner. Dimana dalam fase ini jumlah sel yang tumbuh relatif sama dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini sel akan tidak tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim, karena kandungan nutrisi yang semakin berkurang. Matrik nata lebih banyak banyak diproduksi pada fase ini.
           
Kekeruhan cairan kultivasi akan berkurang semakin cepat pada hari ke-5, bakteri memasuki fase menuju kematian. Pada fase ini bakteri mulai mengalami kematian karena nutrisi telah habis dan sel kehilangan banyak energi cadangan.
Dan pada hari ke-6 sampai seterusnya  pertumbuhan sel bakteri memasuki fase kematian. Fase kematian disebabkan karena ketahanan hidup sel menurun akibat akumulasi berbagai produk metabolit dan inhibitor, sehingga terjadi lisis dan bakteri melepaskan komponen yang terdapat didalamnya (Nurwantoro, 1977).

Kemudian data pada Tabel 1, diolah menggunakan statistik untuk mengetahui apakah ada perbedaan pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada nanas dan pisang. Setelah diolah menggunakan statistik didapatkan hasil seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Statistik pada λ 600 nm
No
Nanas ( X1)
Pisang (Y1)
(X1 )
(X1 )2
(Y1 - )
(Y1 - )2
(X1 ) (Y1 - )
1.
0,24
0,29
-1,75
3,062
-1,70
2,890
2,975
2.
3,05
3,30
0,71
0,504
0,96
0,921
0,681
3.
3,69
3,69
1,35
1,822
1,35
1,822
1,822
4.
2,70
1,56
0,36
0,129
-0,78
0,608
-0,280
5.
1,21
1,94
-1,13
1,276
-0,40
0,160
0,452
6.
1,05
1,21
-1,29
1,664
-1,13
1,276
1,457

∑ = 11,94
∑ = 11,99

∑ = 8,457

∑ = 7,677
∑ = 7,107
 = 11,94 : 6 = 1,99
 = 11,99 : 6 = 1,99

Tabel 2. Hasil perhitungan Statistik pada λ 660 nm
No
Nanas ( X1)
Pisang (Y1)
(X1 )
(X1 )2
(Y1 - )
(Y1 - )2
(X1 ) (Y1 - )
1.
0,24
0,36
-1,56
2,433
-1.41
1,988
2.199
2.
2,58
3,05
0,47
0,220
0,99
0,980
0,465
3.
3,69
3,42
1,58
2,490
1,36
1,840
2,148
4.
2,36
1,30
0,25
0,062
-0,76
0,577
-0,190
5.
1,05
1,56
-1,06
1,123
-0,50
0,250
0,530
6.
0,90
0,97
-1,21
1,464
-1,09
1,188
1,318

∑ = 10,82
∑ = 10,66

∑ = 7,792

∑ = 6,823
∑ = 6,470
 = 10,82 : 6 = 1,803
 = 10,66 : 6 = 1,776


·         Analisis perhitungan Data
-          Analisa data Tabel 2.
Ho             :  = 0               
Hi   :  ≠ 0               
α    : 0,01                          
Df  : N – 2 = 6 – 2 = 4
rcrit : 0,811
rxy  =          
rxy  = 
rxy  = 0,882
rxy     <   rcrit
0,882   <   0,917             tidak significant

-          Analisa data Tabel 3.
Ho             :  = 0               
Hi   :  ≠ 0               
α    : 0,01                          
Df  : N – 2 = 6 – 2 = 4
rcrit : 0,917
rxy  =      
                   
rxy  = 

rxy  =  0,887

rxy     <   rcrit
0,887   <   0,917                      tidak significant

Dari perhitungan data dengan statistik didapatkan bahwa pada panjang gelombang 600 dan 660 nm untuk esktrak pisang dan ekstrak nanas dihasilkan bahwa “tidak significant”. Hal ini berarti, tidak ada perbedaan yang significant atau perbedaan yang berarti untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada ekstrak nanas dan ekstrak pisang. Struktur dari nanas dan pisang yang kasar berserat dan halus tidak mempengaruhi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum selama proses fermentasi.


IV.             KESIMPULAN

Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase selama pertumbuhan, yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase eksponensial, fase pertumbuhan diperlambat, fase stasioner, fase menuju kematian dan fase kematian
2.      Tidak ada perbedaan yang significant antara ekstrak nanas dan ekstrak pisang sebagai media tumbuh bakteri
3.      Struktur buah nanas yang berserat dan pisang yang halus tidak mempengaruhi pertumbuhan dari bakteri Acetobacter xylinum


V.      DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, Aulia. 2004. SENSITIVITAS SALMONELLA TYPHIMURIUM TERHADAP EKSTRAK DAUN PSIDIUM GUAJAVA L. . Pendidikan biologi : FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Estu muh. Dwi A. 2009. Bakteri Acetobacter xylinum.  Terkait http://estuelektro.wordpress.com/2009/12/19/bakteri-acetobacter-xylinum/ (diunduh pada tanggal 20 April 2012)

Laily, Noer dkk. 2004. Kinetika fermentasi produksi selulosa bakteri acetobacter sp. Pada kultur kocok. Fakultas Teknik Pertanian : Institut Pertanian Bogor

Nainggolan, Jusman. 2009. Kajian pertumbuhan bakteri acetobacter sp. Dalam kombucha-rosela merah pada kadar gula dan lama fermentasi yang berbeda. Biologi: Universitas Sumatera Utara Medan 
Terkait http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5801/1/09E01977.pdf    (diunduh pada tanggal 20 April 2012)

Prasetyo, Redy Joko. 2009. Pertumbuhan Mikroba.
Terkait http://www.inforedia.com/2009/12/pertumbuhan-mikroba.html    (diunduh pada tanggal 20 April 2012)

            Plantamor.com (terkait) http://planet-sains.blogspot.com/2011/05/klasifikasi-pisang.html